St. Marianne Cope OSF: Ibu Penderita Lepra di Hawaii
Lonceng Katedral Ratu Perdamaian Honolulu dibunyikan, ketika Kapal SS
Mariposa merapat di pelabuhan kota itu. Hari itu, 8 November 1883, umat
menyongsong kedatangan tujuh suster OSF dengan gembira.
Para suster OSF Syracuse New York datang ke Hawaii, menanggapi surat
Raja Kalakua Hawaii yang meminta lembaga religius menangani para
penderita lepra. Sebelumnya, Raja Kalakua mengirimkan surat kepada 50
lembaga religius, tapi selalu ditolak.
Suster Marianne Cope
OSF, Provinsial OSF Syracuse, ikut serta dalam rombongan itu. Ia sangat
antusias. Aku lapar akan pekerjaan itu dan berharap dengan seluruh
hatiku, menjadi salah satu yang terpilih dengan hak istimewa untuk
menderita bagi keselamatan jiwa-jiwa kaum miskin. Aku tidak takut
penyakit. Akan menjadi kegembiraan besar bagiku jika bisa menolong para
penderita lepra yang terbuang. Berkat rintisannya, kini Hawaii memiliki
pusat rehabilitasi lepra yang mengobati dan merawat puluhan ribu pasien.
Panggilan hidup
Maria Anna Barbara Koob terlahir dalam sebuah keluarga petani dengan
sepuluh anak di Happenheim, SE Hessen, Jerman Barat, pada 23 Januari
1838. Saat ia masih bayi, ayahnya Peter Koob (1787-1862) dan ibunya
Barbara Witzenbacher (1803-1872) membawa keluarga mereka berimigrasi ke
Amerika Serikat (AS).
Mereka tinggal di Utica, New York dan
menjadi warga Paroki Santo Yosef. Di sekolah paroki itu pula, ia dan
saudara-saudarinya bersekolah. Ayahnya menjadi warga negara AS.
Otomatis, menurut ketentuan kala itu, seluruh keluarganya menjadi warga
negara AS.
Saat Anna Maria kelas 8, Peter Koob jatuh sakit,
sehingga tak mampu bekerja lagi. Sebagai anak tertua, Anna merasa punya
tanggung jawab atas keuangan keluarga. Ia bekerja sebagai buruh pabrik.
Kala itu panggilan hidup membiara sudah mulai tumbuh di hatinya.
Tahun 1862, ayahnya meninggal. Usia Anna Maria 24 tahun dan adikadiknya
sudah cukup mandiri. Ia pun masuk Novisiat Suster-Suster Ordo Reguler
Ketiga Santo Fransiskus di Syracuse, New York. Saat menyelesaikan tahun
formasi dan menerima cara hidup religius pada 19 November 1892, namanya
menjadi Sr Marianne Cope OSF. Tugas pertamanya menjadi guru bagi para
imigran berbahasa Jerman.
Tahun 1870, ia turut mendirikan Rumah
Sakit (RS) St Yosef Syracuse dan RS St Elisabeth di Utica. Rumah sakit
itu melayani semua orang tanpa memandang ras, keyakinan, dan kondisi
ekonomi. Ia mengusahakan Akademi Keperawatan di Geneva, New York, dan
dipindah ke Syracuse untuk memberi kesempatan para murid terlibat dalam
pelayanan rumah sakit secara langsung sehingga menjadi tenaga medis yang
berpengalaman dan terlatih.
Ia memutuskan untuk berlayar ke
Honolulu, Hawaii pada 1883, dan memulai karyanya di Rumah Sakit Cabang
Kakaako di Oahu dekat Honolulu. Di sana, Sr Marianne dan keenam saudari
Fransiskannya merawat para penderita lepra. Pada 1884, atas permintaan
pemerintah setempat, ia mendirikan RS Malulani yang menjadi rumah sakit
umum pertama di daerah Maui.
Pada 1885, di dekat Rumah Sakit
Oahu, ia juga mendirikan Asrama Kapiolani bagi anak-anak perempuan yang
terlantar karena orangtuanya menderita lepra. Para suster bisa menangani
pasien lepra dan anak-anak terlantar secara bersamaan, sebab tak ada
orang lain yang mau mendekati mereka. Hal itu membuat pemerintah
menuduhnya menyalahgunakan wewenang. Suster Marianne pun menantang
pemerintah untuk memecat dirinya.
Mendapat lencana
Dua
tahun kemudian, kerja kerasnya menampakkan hasil. Raja Hawaii memberikan
penghargaan berupa lencana persahabatan Kerajaan Kapiolani. Ia
berpendapat, mungkin pasien tak akan sembuh total, tapi paling tidak ia
bisa membuat hidup mereka menjadi lebih baik. Selain pengobatan, ia juga
mengusahakan taman, standar kesehatan, pakaian yang layak, musik, dan
pendampingan rohani bagi para pasien.
Pemerintah baru yang
berkuasa sejak 1887 menutup RS Oahu dan dipindah ke Molokai di
Semenanjung Kalaupapa. Ia menerima semua itu meskipun sadar, jika pergi
ke Molokai berarti tak bisa kembali ke Syracuse.
Di tempat baru
itu, ia mendirikan asrama bagi anak laki-laki dan sekolah bagi anak
perempuan. Ia juga merawat Pastor Damien de Veuster SSCC yang tertular
kusta setelah berjuang melayani para penderita kusta di daerah itu.
Ketika para pejabat sipil dan petinggi Gereja Honolulu mengucilkan
pastor itu, Suster Marianne menerimanya. Pastor Damien wafat pada 15
April 1888 dan dikanonisasi pada 2009 sebagai Rasul Bagi Penderita
Kusta. Suatu keajaiban, hingga wafatnya pada 9 Agustus 1918, Sr Marianne
tidak tertular penyakit ganas itu.
Sr Marianne wafat dalam
usia 80 tahun dan dimakamkan di kediaman Uskup Honolulu. Januari 2005,
tulang belulangnya dipindahkan ke Biara Induk OSF di Syracuse. Tahun
2007, patung Marianne Cope dipasang di Gereja St Yosef, Utica. Tempat
ziarah dan museum dibangun di Biara Induk OSF Syracuse. Di sana
tersimpan relikwinya, buku-buku, lukisan perjalanan hidup, foto-fotonya
saat bertugas di Hawaii dan saat beatifikasi.
Mukjizat
Beberapa mukjizat dengan perantaraan Marianne Cope terjadi. Misalnya,
pada 1993, seorang gadis 14 tahun, Katherine Dehlia Mahoney yang
menderita gagal organ dan hampir meninggal, sembuh setelah berdoa dengan
perantaraan Marianne Cope dan menyentuh relikwinya. Selain itu, Sharon
Smith, perempuan veteran Perang Teluk berumur 58 tahun, juga sembuh dari
radang organ vital dan infeksi bekas operasi setelah dikunjungi seorang
suster OSF yang mendoakannya dengan perantaraan Marianne Cope dan
menyimpan relikwinya. Pada 19 April 2004, Paus Yohanes Paulus II
mengeluarkan dekrit kepausan, menyatakan Sr Marianne Cope sebagai Beata.
Beatifikasi dilakukan Paus Benediktus XVI pada 14 Mei 2005. Pesta
namanya diperingati oleh Gereja Katolik Roma setiap 25 Januari.
Kanonisasi St. Marianne Cope OSF oleh Paus Benediktus XVI pada Minggu
Misi Sedunia, 21 Oktober 2012 di Vatikan. Santa Marianne Cope dari
Molokai kini menjadi pelindung para penderita lepra, HIV/AIDS,
orang-orang buangan, dan masyarakat Hawaii. Namanya juga diabadikan
sebagai nama Biara Induk Suster-Suster OSF di Syracuse, New York.
No comments:
Post a Comment