Friday, January 24, 2014

KISAH HIDUP ORANG KUDUS

St. Marianne Cope OSF: Ibu Penderita Lepra di Hawaii

Lonceng Katedral Ratu Perdamaian Honolulu dibunyikan, ketika Kapal SS Mariposa merapat di pelabuhan kota itu. Hari itu, 8 November 1883, umat menyongsong kedatangan tujuh suster OSF dengan gembira.

Para suster OSF Syracuse New York datang ke Hawaii, menanggapi surat Raja Kalakua Hawaii yang meminta lembaga religius menangani para penderita lepra. Sebelumnya, Raja Kalakua mengirimkan surat kepada 50 lembaga religius, tapi selalu ditolak.

Suster Marianne Cope OSF, Provinsial OSF Syracuse, ikut serta dalam rombongan itu. Ia sangat antusias. Aku lapar akan pekerjaan itu dan berharap dengan seluruh hatiku, menjadi salah satu yang terpilih dengan hak istimewa untuk menderita bagi keselamatan jiwa-jiwa kaum miskin. Aku tidak takut penyakit. Akan menjadi kegembiraan besar bagiku jika bisa menolong para penderita lepra yang terbuang. Berkat rintisannya, kini Hawaii memiliki pusat rehabilitasi lepra yang mengobati dan merawat puluhan ribu pasien.

Panggilan hidup

Maria Anna Barbara Koob terlahir dalam sebuah keluarga petani dengan sepuluh anak di Happenheim, SE Hessen, Jerman Barat, pada 23 Januari 1838. Saat ia masih bayi, ayahnya Peter Koob (1787-1862) dan ibunya Barbara Witzenbacher (1803-1872) membawa keluarga mereka berimigrasi ke Amerika Serikat (AS).

Mereka tinggal di Utica, New York dan menjadi warga Paroki Santo Yosef. Di sekolah paroki itu pula, ia dan saudara-saudarinya bersekolah. Ayahnya menjadi warga negara AS. Otomatis, menurut ketentuan kala itu, seluruh keluarganya menjadi warga negara AS.

Saat Anna Maria kelas 8, Peter Koob jatuh sakit, sehingga tak mampu bekerja lagi. Sebagai anak tertua, Anna merasa punya tanggung jawab atas keuangan keluarga. Ia bekerja sebagai buruh pabrik. Kala itu panggilan hidup membiara sudah mulai tumbuh di hatinya.

Tahun 1862, ayahnya meninggal. Usia Anna Maria 24 tahun dan adikadiknya sudah cukup mandiri. Ia pun masuk Novisiat Suster-Suster Ordo Reguler Ketiga Santo Fransiskus di Syracuse, New York. Saat menyelesaikan tahun formasi dan menerima cara hidup religius pada 19 November 1892, namanya menjadi Sr Marianne Cope OSF. Tugas pertamanya menjadi guru bagi para imigran berbahasa Jerman.

Tahun 1870, ia turut mendirikan Rumah Sakit (RS) St Yosef Syracuse dan RS St Elisabeth di Utica. Rumah sakit itu melayani semua orang tanpa memandang ras, keyakinan, dan kondisi ekonomi. Ia mengusahakan Akademi Keperawatan di Geneva, New York, dan dipindah ke Syracuse untuk memberi kesempatan para murid terlibat dalam pelayanan rumah sakit secara langsung sehingga menjadi tenaga medis yang berpengalaman dan terlatih.

Ia memutuskan untuk berlayar ke Honolulu, Hawaii pada 1883, dan memulai karyanya di Rumah Sakit Cabang Kakaako di Oahu dekat Honolulu. Di sana, Sr Marianne dan keenam saudari Fransiskannya merawat para penderita lepra. Pada 1884, atas permintaan pemerintah setempat, ia mendirikan RS Malulani yang menjadi rumah sakit umum pertama di daerah Maui.

Pada 1885, di dekat Rumah Sakit Oahu, ia juga mendirikan Asrama Kapiolani bagi anak-anak perempuan yang terlantar karena orangtuanya menderita lepra. Para suster bisa menangani pasien lepra dan anak-anak terlantar secara bersamaan, sebab tak ada orang lain yang mau mendekati mereka. Hal itu membuat pemerintah menuduhnya menyalahgunakan wewenang. Suster Marianne pun menantang pemerintah untuk memecat dirinya.

Mendapat lencana
Dua tahun kemudian, kerja kerasnya menampakkan hasil. Raja Hawaii memberikan penghargaan berupa lencana persahabatan Kerajaan Kapiolani. Ia berpendapat, mungkin pasien tak akan sembuh total, tapi paling tidak ia bisa membuat hidup mereka menjadi lebih baik. Selain pengobatan, ia juga mengusahakan taman, standar kesehatan, pakaian yang layak, musik, dan pendampingan rohani bagi para pasien.

Pemerintah baru yang berkuasa sejak 1887 menutup RS Oahu dan dipindah ke Molokai di Semenanjung Kalaupapa. Ia menerima semua itu meskipun sadar, jika pergi ke Molokai berarti tak bisa kembali ke Syracuse.

Di tempat baru itu, ia mendirikan asrama bagi anak laki-laki dan sekolah bagi anak perempuan. Ia juga merawat Pastor Damien de Veuster SSCC yang tertular kusta setelah berjuang melayani para penderita kusta di daerah itu. Ketika para pejabat sipil dan petinggi Gereja Honolulu mengucilkan pastor itu, Suster Marianne menerimanya. Pastor Damien wafat pada 15 April 1888 dan dikanonisasi pada 2009 sebagai Rasul Bagi Penderita Kusta. Suatu keajaiban, hingga wafatnya pada 9 Agustus 1918, Sr Marianne tidak tertular penyakit ganas itu.

Sr Marianne wafat dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di kediaman Uskup Honolulu. Januari 2005, tulang belulangnya dipindahkan ke Biara Induk OSF di Syracuse. Tahun 2007, patung Marianne Cope dipasang di Gereja St Yosef, Utica. Tempat ziarah dan museum dibangun di Biara Induk OSF Syracuse. Di sana tersimpan relikwinya, buku-buku, lukisan perjalanan hidup, foto-fotonya saat bertugas di Hawaii dan saat beatifikasi.

Mukjizat

Beberapa mukjizat dengan perantaraan Marianne Cope terjadi. Misalnya, pada 1993, seorang gadis 14 tahun, Katherine Dehlia Mahoney yang menderita gagal organ dan hampir meninggal, sembuh setelah berdoa dengan perantaraan Marianne Cope dan menyentuh relikwinya. Selain itu, Sharon Smith, perempuan veteran Perang Teluk berumur 58 tahun, juga sembuh dari radang organ vital dan infeksi bekas operasi setelah dikunjungi seorang suster OSF yang mendoakannya dengan perantaraan Marianne Cope dan menyimpan relikwinya. Pada 19 April 2004, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan dekrit kepausan, menyatakan Sr Marianne Cope sebagai Beata.

Beatifikasi dilakukan Paus Benediktus XVI pada 14 Mei 2005. Pesta namanya diperingati oleh Gereja Katolik Roma setiap 25 Januari. Kanonisasi St. Marianne Cope OSF oleh Paus Benediktus XVI pada Minggu Misi Sedunia, 21 Oktober 2012 di Vatikan. Santa Marianne Cope dari Molokai kini menjadi pelindung para penderita lepra, HIV/AIDS, orang-orang buangan, dan masyarakat Hawaii. Namanya juga diabadikan sebagai nama Biara Induk Suster-Suster OSF di Syracuse, New York.

No comments:

Post a Comment