Stigma dari bahasa Yunani (στιγμα: "tanda" or "bercak"; majemuk: stigmata, στιγματα) mengandung beberapa arti. Istilah ini
berasal dari tanda-tanda yang dimiliki seseorang pada tubuhnya (bekas
bakaran atau torehan) yang antara lain menandakan bahwa orang itu adalah
budak, penjahat, atau pengkhianat. Ia adalah orang yang cacat moralnya dan karena itu harus dihindari, khususnya di tempat umum.
Di dalam sejarah Gereja Khatolik, istilah ini kemudian bisa
mengandung dua arti, yaitu tanda-tanda fisik yang diyakini berasal dari Tuhan
(misalnya tonjolan pada kulit), dan acuan medis kepada tanda-tanda
keagamaan ini sebagai petunjuk adanya cacat fisik. Contohnya, St. Fransiskus dari Asisi dipercayai mempunyai stigmata, tanda-tanda pada tubuhnya yang sama seperti tanda-tanda bekas luka karena penyaliban pada diri Yesus.
Kata "stigma"
juga dipergunakan dalam istilah "stigma sosial", yaitu tanda bahwa
seseorang dianggap ternoda dan karenanya mempunyai watak yang tercela,
misalnya seorang bekas narapidana yang dianggap tidak layak dipercayai dan dihormati.
No comments:
Post a Comment